Press Release : Memajukan Keperawatan dan Kebidanan: WHO dan Indonesia Meluncurkan Pusat Kolaborasi Baru untuk Meningkatkan Kapasitas di Indonesia dan Kawasan Pasifik Barat

Press Release : Memajukan Keperawatan dan Kebidanan: WHO dan Indonesia Meluncurkan Pusat Kolaborasi Baru untuk Meningkatkan Kapasitas di Indonesia dan Kawasan Pasifik Barat
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hari ini membuat tonggak penting dalam memperkuat pengembangan tenaga kesehatan dengan penunjukan resmi Jaringan Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Indonesia sebagai Pusat Kolaborasi WHO untuk Pendidikan dan Pengembangan Keperawatan dan Kebidanan. Acara tersebut diadakan dalam kunjungan resmi pertama ke Indonesia yang dilakukan Dr Saia Ma’u Piukala, Direktur Regional WHO untuk Pasifik Barat, setelah perpindahan Indonesia dari Kawasan Asia Tenggara WHO ke Kawasan Pasifik Barat pada Mei lalu.
Dr. Piukala bergabung dengan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, pejabat senior dari Kementerian Kesehatan, dan Perwakilan WHO untuk Indonesia Dr. N. Paranietharan dalam acara peluncuran di Jakarta. “Indonesia bangga Poltekkes ditetapkan sebagai Pusat Kolaborasi WHO. Ini adalah pengakuan atas komitmen kami untuk memajukan pendidikan keperawatan dan kebidanan,” kata Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin. “Ini menandai babak baru kolaborasi kami dengan WHO dan mencerminkan ambisi kami untuk memperkuat sistem kesehatan melalui tenaga kesehatan yang terampil dan berdaya. Dengan berinvestasi dalam pendidikan dan kepemimpinan perawat dan bidan, kami bertujuan meningkatkan perawatan di seluruh Indonesia dan berkontribusi pada tenaga kesehatan yang lebih kuat di seluruh wilayah.”
Dengan 38 kampus di 33 provinsi, Poltekkes memainkan peran utama dalam menghasilkan tenaga kesehatan Indonesia – khususnya perawat, bidan, dan tenaga kesehatan terkait – yang bertugas di pusat dan fasilitas perawatan kesehatan primer di seluruh Indonesia. Penetapan Poltekkes sebagai Pusat Kolaborasi WHO mencerminkan kepemimpinan nasional dalam pengembangan tenaga kesehatan dan peran Indonesia yang semakin besar dalam kerja sama regional, termasuk melalui inisiatif kerja sama pelatihan Selatan-Selatan dengan negara-negara Kepulauan Pasifik.
"Ini adalah momen penting bagi Indonesia dan bagi Kawasan Pasifik Barat,” kata Dr. Piukala. “Seiring dengan peran baru Indonesia di Pasifik Barat, Poltekkes menunjukkan pengalaman nasional dapat memperkuat kapasitas regional serta memajukan pendidikan keperawatan dan kebidanan demi kepentingan semua pihak. Inilah yang kami maksud ketika berbicara tentang menjalin kesehatan bagi keluarga, komunitas, dan masyarakat."
Pusat Kolaborasi WHO akan berfokus pada dua area prioritas:
1. Mendukung WHO dalam memberikan program pelatihan instruktur klinis terakreditasi bagi perawat dan bidan untuk meningkatkan kualitas dan konsistensi pendidikan prajabatan.
2. Mendukung WHO dalam memajukan pengembangan kepemimpinan kebidanan dengan fokus pada pendidikan, kebijakan, dan kualitas layanan.
Sejak 2022, WHO dan Poltekkes telah mengembangkan 50 modul kelas internasional, melatih 50 dosen di 24 kampus, serta memberikan pelatihan intensif peningkatan kualitas pengajaran di kampus-kampus percontohan di Medan, Yogyakarta, Surabaya, dan Pontianak. Ini membantu Indonesia mempertahankan kepadatan tenaga kesehatan terampil di atas ambang batas minimum WHO sebesar 44,5 dokter, perawat, dan bidan per 10.000 penduduk, sekaligus meningkatkan kompetensi dan pelatihan tenaga kerja. Kegiatan perdana di bawah Pusat Kolaborasi WHO yang baru – Program Kepemimpinan Kebidanan – secara resmi dibuka minggu ini di Jakarta dan mempertemukan 20 pengajar kebidanan dari Poltekkes untuk memperkuat kapasitas kepemimpinan dalam kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Sejak tahun 2000, Indonesia telah menurunkan angka kematian ibu dari 311 menjadi 140 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita dari 52 menjadi 21 per 1.000 kelahiran hidup, sehingga memenuhi target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 untuk angka kematian balita dan mencapai ambang batas atas untuk angka kematian ibu. Namun, penurunan lebih lanjut diperlukan untuk memenuhi target kesehatan ibu secara penuh, yakni penurunan dua pertiga dari tingkat tahun 2010.
“Kemajuan Indonesia dalam menurunkan angka kematian ibu merupakan pencapaian besar, tetapi masih banyak perempuan dan bayi baru lahir – terutama di daerah yang kurang terlayani – harus menghadapi risiko yang dapat dicegah,” kata Perwakilan WHO Dr. Paranietharan. “Pusat Kolaborasi baru ini akan memperkuat kepemimpinan dan pendidikan kebidanan baik di Indonesia maupun di seluruh kawasan, membantu menutup kesenjangan yang tersisa dan mempercepat upaya mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.”
Pembentukan Pusat Kolaborasi ini mencerminkan peran Indonesia yang semakin aktif dalam kerja sama kesehatan regional dan global. Selama kunjungannya ke Indonesia, Dr. Piukala telah menghadiri Global Cervical Cancer Elimination Forum (Forum Pemberantasan Kanker Serviks Global) dan Asia Pacific Leaders’ Summit on Malaria Elimination (Konferensi Tingkat Tinggi Pemimpin Asia Pasifik tentang Pemberantasan Malaria) di Bali, serta mengadakan pertemuan dengan pejabat senior Kementerian Kesehatan, staf WHO, dan para mitra.
Kementerian Kesehatan dan WHO berencana mengadakan diskusi lebih lanjut untuk mengembangkan tahap berikutnya dari kegiatan Pusat Kolaborasi, termasuk program pelatihan instruktur klinis terakreditasi bagi perawat dan bidan untuk mendukung peningkatan kualitas di seluruh pendidikan prajabatan.
Seleksi Kolegium Kolegium Kesehatan Indonesia
Penyusunan Bezetting dan Formasi ASN Tahun 2024 di Lingkungan Ditjen Nakes
Pengumuman Pendaftaran Program PPDS RSPPU (Hospital Based) Periode I Tahun 2024