Seiring meningkatnya kebutuhan penempatan tenaga kesehatan Indonesia di Jepang, kemampuan berbahasa Jepang kini menjadi salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki para alumni Poltekkes Kemenkes, sehubungan hal tersebut Direktorat Jenderal SDMK bekerja sama dengan The Japan Foundation dan Tim Japan International Cooperation Agency (JICA) menyelenggarakan workshop peningkatan kompetensi pengajar bahasa Jepang di Poltekkes Kemenkes dengan metode IRODORI yang dikembangkan oleh The Japan Foundation (8/7) dibuka oleh Direktur Penyediaan SDM Kesehatan Anna Kurniati
Workshop ini sangat relevan dengan kebutuhan saat ini . Selama ini, kita mengenal Minna no Nihongo sebagai buku pegangan utama. Walaupun sangat membantu, pendekatan ini dinilai masih terlalu berfokus pada struktur, sehingga kurang mendukung kemampuan komunikasi praktis yang dibutuhkan di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari di Jepang.
Buku Irodori yang dikembangkan oleh The Japan Foundation, dirancang khusus untuk membekali orang asing agar mampu berkomunikasi dengan baik dalam berbagai situasi nyata, terutama di sektor keperawatan dan caregiving. Metode ini menekankan keterampilan berbahasa praktis (berbicara, mendengar, membaca, dan menulis), yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari dan budaya kerja di Jepang. Hal ini sangat penting bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes yang akan bekerja di rumah sakit, panti lansia, atau fasilitas perawatan di Jepang
Dalam sambutanya Anna Kurniati mengajak seluruh peserta untuk berpartisipasi aktif, berbagi pengalaman, berdiskusi secara terbuka, dan tidak ragu mencoba pendekatan baru yang lebih relevan dan efektif. bersama-sama berkomitmen meningkatkan kualitas pengajaran demi menyiapkan tenaga kesehatan yang kompeten, profesional, dan mampu bersaing di tingkat internasional.
Workshop ini bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi juga menjadi forum refleksi bersama, bertukar praktik baik, dan membangun ekosistem pembelajaran yang lebih kontekstual dan berorientasi pada kebutuhan nyata. Harapannya, alumni kita tidak hanya lulus uji kemampuan bahasa seperti JLPT atau NAT Test, tetapi juga mampu beradaptasi dengan budaya kerja, norma komunikasi, dan menjalin hubungan baik dengan pasien serta rekan kerja di Jepang. (red/hlg)
Seleksi Kolegium Kolegium Kesehatan Indonesia
Penyusunan Bezetting dan Formasi ASN Tahun 2024 di Lingkungan Ditjen Nakes
Pengumuman Pendaftaran Program PPDS RSPPU (Hospital Based) Periode I Tahun 2024